wel.com.e the dark zone

ZONA HITAM arCHIVTour

- architecture dan touring -

6.30.2011

Pesona Gunung Bromo

Gunung Bromo tempat yang tidak pernah dan tidak akan pernah bosan untuk di kunjungi. Yang membuat berbeda perjalanan kali ini adalah perjalanan ini dilakukan beberapa hari setelah Gunung Bromo mengeluarkan abu vulkaniknya dalam jumlah yang sangat besar, sehingga membuat jalur menuju ke penanjakan tertutup debu vulkanik. Perjalanan di mulai dari awal yang sama seperti sebelum - sebelumnya, yaitu dari kota MALANG petang hari ( kisaran habis magrib ) dengan menggunakan kendaraan roda 2 tercinta ( Si Merah ). Melewati rute nongkojajar motor saya geber ( tarik gas ) tanpa henti melewati perkampungan penduduk yang masih ramai kala itu. Setelah malam menjelang mulai sepi semakin saya geber aja tarikan si merah berharap dapat melewati area yang sangat sepi tidak terlalu malam.

Sesampai di pos tosari saya berhenti melepas lelah sambil bercengkerama dengan masyarakat Tengger di sana. Bercerita banyak hal mulai tentang awal mula gunung bromo, kenapa ada upacara kasodo, dll. Tidak terasa waktu semakin malam menjelang tengah malam, dan akhirnya sayapun mengambil keputusan bahwa sebaiknya berhenti sekalian di pos Tosari sembari menunggu pagi untuk menuju ke penanjakan. Dengan pertimbangan bahwa di atas bakal lebih dingin dan saya tidak membawa persiapan untuk camp di atas.


Dini hari menjelang dan hartop ( jip ) mulai berdatangan membawa wisatawan domestik maupun luar negeri. Dan seketika sayapun bersiap menuju ke penanjakan. Sampai di Pos Wonokitri ( loket tiket masuk ) berhenti sejenak untuk membayar tiket masuk menuju penanjakan, yang setelah itu di lanjutkan ke gunung bromo ( penanjakan ). Di Penanjakan segera saja mencari tempat untuk bisa melihat sunrise. Beberapa jam di tunggu akhirnya sunrise pun datang, pemandangan yang sangat luar biasa indah. Sunrise di antara suasana Gunung Bromo yang setelah " batuk " membuat saya semakin terpesona dengan keindahan Bromo.

Keindahan bromo tidak hanya saat sunrise tetapi juga saat berada di area lautan pasir. Setelah cukup berada di penanjakan, akhirnya sayapun memutuskan untuk kembali menyusuri jalanan aspal menuju ke kawah bromo. Jalan yang cukup terjal ditambah dengan tumpukan pasir vulkanik dan lubang - lubang dikarenakan gempa tektonik yang muncul serta longsoran batu membuat saya harus extra hati - hati dan waspada. Karena membuat roda si merah semakin mudah selip dan akibatnya bisa terjatuh. Melewati lautan pasir menuju ke Pura di tengah lautan pasir membuat saya semakin bangga, semakin merasa bahwa inilah keAgungan Yang Maha Kuasa tidak ada yang bisa mengalahkan.

Sesampai di area parkir hartop di lautan pasir, si merah saya titipkan ke penjual makanan/minuman di area tersebut ( tentu saja waktu pulang memberikan beberapa ribu sebagai gantinya karena tidak ada area parkir motor ). Setelah di titipkan kemudian mulailah berjalan menuju puncak bromo ( walaupun sering di tawari untuk naik kuda dengan tarif 30-50rb PP ) tetap saja saya memilih untuk berjalan kaki. Sepanjang perjalanan menuju puncak bromo sering saya lihat berupa jalur - jalur yang telah dilalui lava lahar dingin yang telah dikeluarkan gunung bromo, sehingga membentuk sebuah lubang jalur lahar dingin yang cukup dalam ( sekitar 2,5 - 3 m ). Pohon - pohon yang berada di sekeliling sudah memutih terkena abu vulkanik bromo.


Menuju di kaki gunung bromo semua terlihat tertutup abu vulkanik, terlihat hitam keabu-abuan, halus pasirnya dan semakin indah luar biasa jika di lihat dengan sesakma. Saya sempat berpikir bahwa Gunung Bromo setelah meletus saja masih juga indah dan bagus, apalagi jikalau tidak meletus apa jadinya sekeliling gunung bromo ini pasti akan lebih bagus lagi. Benar - benar sebuah keagungan yang Maha Kuasa. Akibat dari letusan tersebut juga berdampak ke tangga untuk menuju ke Puncak bromo rusak parah dan benar - benar tidak bisa dipakai lagi ( mungkin ) karena tertimbun oleh abu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan bromo. Dan akhirnya sayapun melewati samping tangga yang berupa pasir vulkanik, membuat perjalanan menuju puncak semakin menantang. Sesampai di kawah bromo terlihat masih mengeluarkan asap berwarna coklat pekat disertai bau belerang juga disertai suara gemuruh dari bagian bawah kawah.

Setelah cukup berada di kawah sayapun memutuskan turun kembali ( gemuruh dar bawah kawah semakin terdengar jelas ) ke tempat dimana saya menitipkan si merah. Turun kebawah lagi - lagi saya disuguhi pemandangan yang tidak biasa dari Gunung Bromo, yaitu hampir semua area tertutup abu vulkanik berwarna kecoklatan pekat yang membuat semua terlihat halus seperti berada di gurun pasir. Tak henti - hentinya saya mengagumi semua yang saya lihat waktu itu, Gunung Batok tepat di samping Gunung Bromo juga terlihat kecoklatan ( mungkin efek dari abu vulkanik yang sangat panas ).

Akhirnya perjalanan kala itu memang harus segera diakhiri dan segera kembali ke malang. Sayapun kembali ke malang lewat rute yang berbeda yaitu rute tumpang. Di sepanjang perjalanan saya mendapati sebuah pemandangan yang sangat - sangat indah, yaitu padang savana ( hijau dan sangat terlihat segar ). Melewati padang savana dengan rumput yang hijau segar membuat saya harus kembali berdecak kagum dan membuat saya untuk segera mengabadikan lewat media kamera ( sayangnya hanya lewat kamera hape..hehehee ). Perjalanan menuju tumpang setelah melewati padang savana harus kembali melewati tanjakan bukit yang cukup terjal dan lebar jalannya juga sempit, sehingga kembali harus extra waspada dan hati - hati. Sampai di batas akhir bukit terdapat sebuah pos di atas bukit yang berada tepat di tengah - tengah percabangan untuk menuju ke Pos Ranu Pani. Di pos tersebut saya berhenti sejenak untuk kembali menikmati pemandangan yang sangat indah kebawah bukit, dan terlihat jalur menuju Gunung Bromo.

Dari pos terakhir tersebut saya melanjutkan kembali perjalanan menuju malang. Melewati area hutan lindung dan juga jalan yang berkelok - kelok. Tidak jauh dari pos terakhir kita juga dapat mampir untuk mengunjungi area air terjun coban pelangi yang juga menawarkan pemandangan yang cukup indah, Coban pelangi yang masih murni di areanya belum tersentuh oleh - oleh tangan manusia. Sebuah perjalanan yang mengagumkan dengan pemandangan yang sangat indah bisa saya dapatkan. Berkali - kali saya menuju gunung bromo tetapi juga tidak bosan - bosan selalu mengagumi keindahan salah satu dari puluhan ribu ciptaan Yang Maha Kuasa.











Rute Perjalanan Menuju Gunung Bromo :

  • Malang - Gunung Bromo ( lewat Tumpang ) 53 km
Malang - Tumpang - Gubuk Klakah - Jemplang - Gunung Bromo

  • Malang - Gunung Bromo ( lewat Nongkojajar, Pasuruan ) 83 km
Malang - Purwodadi - Nongkojajar - Tosari - Wonokitri - Gunung Bromo
Malang - Purwodadi - Nongkojajar - Tosari - Wonokitri - Penanjakan

  • Surabaya - Gunung Bromo ( lewat Nongkojajar, Pasuruan )
Surabaya - Purwodadi - Nongkojajar - Tosari - Wonokitri - Gunung Bromo
Surabaya - Purwodadi - Nongkojajar - Tosari - Wonokitri - Penanjakan

  • Surabaya - Gunung Bromo ( lewat warung dowo, Pasuruan )
Surabaya - Pasuruan - Warung Dowo - Tosari - Wonokitri - Gunung Bromo
Surabaya - Pasuruan - Warung Dowo - Tosari - Wonokitri - Penanjakan

  • Probolinggo - Gunung Bromo 65,5 km
Probolinggo – Tongas – Lumbang – Sukapura – ngadisari – Cemoro Lawang – Gunung Bromo

  • Lumajang - Gunung Bromo 84 km
Lumajang – Senduro – Burno – Ranu Pani – Jemplang – Gunung Bromo

Tidak ada komentar: