wel.com.e the dark zone

ZONA HITAM arCHIVTour

- architecture dan touring -

6.30.2011

Pesona Gunung Bromo

Gunung Bromo tempat yang tidak pernah dan tidak akan pernah bosan untuk di kunjungi. Yang membuat berbeda perjalanan kali ini adalah perjalanan ini dilakukan beberapa hari setelah Gunung Bromo mengeluarkan abu vulkaniknya dalam jumlah yang sangat besar, sehingga membuat jalur menuju ke penanjakan tertutup debu vulkanik. Perjalanan di mulai dari awal yang sama seperti sebelum - sebelumnya, yaitu dari kota MALANG petang hari ( kisaran habis magrib ) dengan menggunakan kendaraan roda 2 tercinta ( Si Merah ). Melewati rute nongkojajar motor saya geber ( tarik gas ) tanpa henti melewati perkampungan penduduk yang masih ramai kala itu. Setelah malam menjelang mulai sepi semakin saya geber aja tarikan si merah berharap dapat melewati area yang sangat sepi tidak terlalu malam.

Sesampai di pos tosari saya berhenti melepas lelah sambil bercengkerama dengan masyarakat Tengger di sana. Bercerita banyak hal mulai tentang awal mula gunung bromo, kenapa ada upacara kasodo, dll. Tidak terasa waktu semakin malam menjelang tengah malam, dan akhirnya sayapun mengambil keputusan bahwa sebaiknya berhenti sekalian di pos Tosari sembari menunggu pagi untuk menuju ke penanjakan. Dengan pertimbangan bahwa di atas bakal lebih dingin dan saya tidak membawa persiapan untuk camp di atas.


Dini hari menjelang dan hartop ( jip ) mulai berdatangan membawa wisatawan domestik maupun luar negeri. Dan seketika sayapun bersiap menuju ke penanjakan. Sampai di Pos Wonokitri ( loket tiket masuk ) berhenti sejenak untuk membayar tiket masuk menuju penanjakan, yang setelah itu di lanjutkan ke gunung bromo ( penanjakan ). Di Penanjakan segera saja mencari tempat untuk bisa melihat sunrise. Beberapa jam di tunggu akhirnya sunrise pun datang, pemandangan yang sangat luar biasa indah. Sunrise di antara suasana Gunung Bromo yang setelah " batuk " membuat saya semakin terpesona dengan keindahan Bromo.

Keindahan bromo tidak hanya saat sunrise tetapi juga saat berada di area lautan pasir. Setelah cukup berada di penanjakan, akhirnya sayapun memutuskan untuk kembali menyusuri jalanan aspal menuju ke kawah bromo. Jalan yang cukup terjal ditambah dengan tumpukan pasir vulkanik dan lubang - lubang dikarenakan gempa tektonik yang muncul serta longsoran batu membuat saya harus extra hati - hati dan waspada. Karena membuat roda si merah semakin mudah selip dan akibatnya bisa terjatuh. Melewati lautan pasir menuju ke Pura di tengah lautan pasir membuat saya semakin bangga, semakin merasa bahwa inilah keAgungan Yang Maha Kuasa tidak ada yang bisa mengalahkan.

Sesampai di area parkir hartop di lautan pasir, si merah saya titipkan ke penjual makanan/minuman di area tersebut ( tentu saja waktu pulang memberikan beberapa ribu sebagai gantinya karena tidak ada area parkir motor ). Setelah di titipkan kemudian mulailah berjalan menuju puncak bromo ( walaupun sering di tawari untuk naik kuda dengan tarif 30-50rb PP ) tetap saja saya memilih untuk berjalan kaki. Sepanjang perjalanan menuju puncak bromo sering saya lihat berupa jalur - jalur yang telah dilalui lava lahar dingin yang telah dikeluarkan gunung bromo, sehingga membentuk sebuah lubang jalur lahar dingin yang cukup dalam ( sekitar 2,5 - 3 m ). Pohon - pohon yang berada di sekeliling sudah memutih terkena abu vulkanik bromo.


Menuju di kaki gunung bromo semua terlihat tertutup abu vulkanik, terlihat hitam keabu-abuan, halus pasirnya dan semakin indah luar biasa jika di lihat dengan sesakma. Saya sempat berpikir bahwa Gunung Bromo setelah meletus saja masih juga indah dan bagus, apalagi jikalau tidak meletus apa jadinya sekeliling gunung bromo ini pasti akan lebih bagus lagi. Benar - benar sebuah keagungan yang Maha Kuasa. Akibat dari letusan tersebut juga berdampak ke tangga untuk menuju ke Puncak bromo rusak parah dan benar - benar tidak bisa dipakai lagi ( mungkin ) karena tertimbun oleh abu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan bromo. Dan akhirnya sayapun melewati samping tangga yang berupa pasir vulkanik, membuat perjalanan menuju puncak semakin menantang. Sesampai di kawah bromo terlihat masih mengeluarkan asap berwarna coklat pekat disertai bau belerang juga disertai suara gemuruh dari bagian bawah kawah.

Setelah cukup berada di kawah sayapun memutuskan turun kembali ( gemuruh dar bawah kawah semakin terdengar jelas ) ke tempat dimana saya menitipkan si merah. Turun kebawah lagi - lagi saya disuguhi pemandangan yang tidak biasa dari Gunung Bromo, yaitu hampir semua area tertutup abu vulkanik berwarna kecoklatan pekat yang membuat semua terlihat halus seperti berada di gurun pasir. Tak henti - hentinya saya mengagumi semua yang saya lihat waktu itu, Gunung Batok tepat di samping Gunung Bromo juga terlihat kecoklatan ( mungkin efek dari abu vulkanik yang sangat panas ).

Akhirnya perjalanan kala itu memang harus segera diakhiri dan segera kembali ke malang. Sayapun kembali ke malang lewat rute yang berbeda yaitu rute tumpang. Di sepanjang perjalanan saya mendapati sebuah pemandangan yang sangat - sangat indah, yaitu padang savana ( hijau dan sangat terlihat segar ). Melewati padang savana dengan rumput yang hijau segar membuat saya harus kembali berdecak kagum dan membuat saya untuk segera mengabadikan lewat media kamera ( sayangnya hanya lewat kamera hape..hehehee ). Perjalanan menuju tumpang setelah melewati padang savana harus kembali melewati tanjakan bukit yang cukup terjal dan lebar jalannya juga sempit, sehingga kembali harus extra waspada dan hati - hati. Sampai di batas akhir bukit terdapat sebuah pos di atas bukit yang berada tepat di tengah - tengah percabangan untuk menuju ke Pos Ranu Pani. Di pos tersebut saya berhenti sejenak untuk kembali menikmati pemandangan yang sangat indah kebawah bukit, dan terlihat jalur menuju Gunung Bromo.

Dari pos terakhir tersebut saya melanjutkan kembali perjalanan menuju malang. Melewati area hutan lindung dan juga jalan yang berkelok - kelok. Tidak jauh dari pos terakhir kita juga dapat mampir untuk mengunjungi area air terjun coban pelangi yang juga menawarkan pemandangan yang cukup indah, Coban pelangi yang masih murni di areanya belum tersentuh oleh - oleh tangan manusia. Sebuah perjalanan yang mengagumkan dengan pemandangan yang sangat indah bisa saya dapatkan. Berkali - kali saya menuju gunung bromo tetapi juga tidak bosan - bosan selalu mengagumi keindahan salah satu dari puluhan ribu ciptaan Yang Maha Kuasa.











Rute Perjalanan Menuju Gunung Bromo :

  • Malang - Gunung Bromo ( lewat Tumpang ) 53 km
Malang - Tumpang - Gubuk Klakah - Jemplang - Gunung Bromo

  • Malang - Gunung Bromo ( lewat Nongkojajar, Pasuruan ) 83 km
Malang - Purwodadi - Nongkojajar - Tosari - Wonokitri - Gunung Bromo
Malang - Purwodadi - Nongkojajar - Tosari - Wonokitri - Penanjakan

  • Surabaya - Gunung Bromo ( lewat Nongkojajar, Pasuruan )
Surabaya - Purwodadi - Nongkojajar - Tosari - Wonokitri - Gunung Bromo
Surabaya - Purwodadi - Nongkojajar - Tosari - Wonokitri - Penanjakan

  • Surabaya - Gunung Bromo ( lewat warung dowo, Pasuruan )
Surabaya - Pasuruan - Warung Dowo - Tosari - Wonokitri - Gunung Bromo
Surabaya - Pasuruan - Warung Dowo - Tosari - Wonokitri - Penanjakan

  • Probolinggo - Gunung Bromo 65,5 km
Probolinggo – Tongas – Lumbang – Sukapura – ngadisari – Cemoro Lawang – Gunung Bromo

  • Lumajang - Gunung Bromo 84 km
Lumajang – Senduro – Burno – Ranu Pani – Jemplang – Gunung Bromo

6.16.2011

Waterfall Rainbow

Seminggu yang lalu saya lakukan trip menuju Coban Pelangi. Berawal dari sebuah ingin mengisi waktu luang di hari libur dan akhirnya pilihan trip selanjutnya adalah Coban Pelangi, sebuah air terjun di sebelah timur Kota Malang yang berjarak sekitar 2 km dari Desa Gubuk Klakah Kecamatan Poncokusumo di kaki Gunung Semeru arah ke desa Ngadas, mempunyai ketinggian kurang lebih 30 meter .

Wana wisata coban pelangi sebuah tempat wisata yang masih alami dan di kelola secara swadaya oleh masyarakat. Menuju cobannya hanya membutuhkan waktu 30 menit dg jarak tempuh 1,5 km. Track menuju kesana ( coban / air terjun ) tidak sulit, bisa dikatakan termasuk track untuk keluarga.

Menuju coban pelangi saya dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat ataupun roda dua. Pada saat itu lagi - lagi saya membawa teman setia saya dalam setiap trip yaitu Si Merah, serta di temani oleh kekasih tercinta. Dari kota malang berangkat matahri sudah berada di atas kepala kami, cukup panas cuaca waktu itu. Dari kota malang menuju lokasi coban pelangi di tempuh dalam waktu 1 jam.

Sesampai di lokasi segera menempatkan Si Merah di tempat yang sudah di siapkan ( tempat parkir sepeda motor di belakang loket dan untuk mobil berada di depan loket ). Tracking segera di mulai, jalan setapak mulai di tapaki oleh kaki - kaki kami. Track yang ada saat itu padat karena ( malang memang beberapa hari tidak turun hujan ), selama perjalanan terlihat hutan di kiri dan kanan selain itu juga terlihat ladang milik warga sekitar. Jalanan berbatu tetapi padat masih menghiasai perjalanan menuju lokasi air terjun, di beberapa titik juga terdapat rest area untuk sekedar beristirahat dan mengisi tenggorokan dengan air segar yang di jual di warung - warung yang ada di sepanjangang jalan.

Setelah berjalan santai kira - kira 3/4 perjalanan akhirnya kami mendapatkan sebuah sungai yang di hiasai oleh jembatan dari bahan pring ( bambu ). Sungai yang mengalir dari air terjun sudah mulai tercium segarnya dan membuat yang terkasih ingin mandi atau sekedar merasakan dinginnya air sungai yang sangat segar.


Sebuah jembatan yang dibuat dengan tangan - tangan warga pribumi disana masih terlihat kokoh. Setelah melewati jembatan tersebut hanya berselang 15 menit sampailah kami di sebuah tempat yang kami nantikan sejak awal yaitu Coban Pelangi. Dengan ketinggian kurang lebih 30 meter air terjun mengalir dengan deras dan membuat kami cukup basah dengan semburan air karena hembusan angin yang cukup kencang saat itu.

Indah dan mengagumkan pemandangan di depan kami saat itu, tidak berhenti saya berucap untuk mengagumi air terjun tersebut. Benar - benar suatu pemandangan yang mengagumkan, kondisi yang masih alami di antara kerasnya deburan air yang jatuh dari atas sebuah tebing. Kondisi sebuah tempat yang membuat orang untuk selalu datang saat kapanpun.


Sebelum meninggalkan area air terjun tidak lupa mengabadikan sebuah tempat yang harus di kunjungi oleh orang - orang yang suka akan sebuah perjalanan alam. Memang tidak banyak yang tahu tentang keberadaan tempat ini. Tapi dengan kondisi alam yang masih " virgin " saya yakin bahwa akan banyak pengunjung yang datang ke Coban Pelangi.

Puas mengunjungi sebuah tempat yang alami, segera meninggalkan tempat untuk kembali menuju ke kota malang. Menuju kembali ke loket tidak terasa lelah karena sebuah hal telah kami dapatkan dan itu yang mengobati kelelahan itu.




sampai juga

segarnya

Tenang

Coban Pelangi

Arus Deras

Jalanku Masih Panjang






Regards,




Aufklarunx

6.14.2011

Road To Sempu Islands

Mentari pagi sendang biru

Indahnya sinar Mu

Perjalanan kali ini menuju pulau sempu, yang mana merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa. Pulau ini berada dalam wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dan saat ini Sempu merupakan kawasan cagar alam yang dilindungi oleh pemerintah. Dalam pulau ini nyaris tidak ditemukan mata air payau. Pulau Sempu dapat ditempuh dari Malang melalui Pantai Sendang Biru, dan penyeberangan menggunakan perahu nelayan, serta mendapat perijinan.

Perjalanan ini sudah beberapa tahun yang lalu ( tp masih ingatlah cerita ttg perjalanannya, krn asik sie..hehe ). Perjalanan ini bersama dengan kawan - kawan seperjuangan di lingkungan pendidikan ( alias mahasiswa ) ARSITEKTUR MALANG dan bersama kawan KPFA+ ( Kelompok Penggemar Fotografi Arsitektur Plus ) yg berjumlah 10 orang dengan 5 sepeda motor. Dari malang kami berangkat pukul 15.00 wib, setelah 1 jam perjalanan tibalah kami di Sendang Biru. Sebelum menuju pulau sempu kami bermalam di Pulau sendang biru, dikarenakan penyeberangan menuju P. Sempu hanya terbatas sampai pukul 16.00 WIB.


Setelah melalui 1 malam di sendang biru, saatnya untuk menyeberang menuju p. sempu yang di tempuh dalam waktu hanya 10 - 15 menit. Perjalanan di atas perahu tidaklah membuat kami semua merasa capek ( apalagi dg barang bawaan yang cukup banyak..maklum saat itu pertama kali kesono..hahaha ) karena kami disuguhkan pemandangan yang elok, suara debur ombal di pantai selatan, bau air laut yang sangat membuat saya ingin nyebur ( terjun dlm bahasa indonesia ), sayangnya saya tdk bisa berenang jadi tak jadi lah saya nyebur.hahaha

Sampailah kami di bibir pantai menuju p. sempu dan di mulailah perjalanan menuju Segoro Anakan di P. Sempu. Berjalan kaki menyusuri jalan setapak dengan pemandangan kiri kanan adalah hutan membuat semakin bersemangat, apalagi saat itu kami juga bertemu dengan sebuah kubangan lumpur yang sangat besar, sehingga membuat kami semua harus lompat untuk bisa melewati ( ada jg yang akhirnya harus melewati dg berjalan di dalam lumpur...hahaha )

Perjalanan trs dilanjutkan menuju segoro anakan dengan kondisi yang sangat menyenangkan. Air minum galon, ikan hasil beli di TPI ( bukan stasiun TV loh..tp tempat pelelangan ikan ), tas yang kami sendiri tetapi itu semua tidak membuat saya dan kawan - kawan untuk kembali ( udah sampe tengah mo balik..???GA MASUK AKAL..!! hahaha ), sembari berjalan saya dan teman - teman mempunyai slogan perjalanan " SURVIVE AND NOTHING TO LOOSE" dan itu jadi tema perjalanan kita.

Akhirnya setelah 1,5 jam perjalanan menyusuri jalanan setapak akhirnya sampai juga di segoro anakan dengan pasir putih dan juga air lautnya. Segera kami mendirikan tenda dan ada juga yang langsung nyebur ke segoro anakan buat mandi. Malam segera hadir saat itu, persiapan penerangan telah dinyalakan. Senda gurau mewarnai obrolan kami semua seakan tidak ada rasa lelah dan letih saat melakukan perjalanan tadi. Dengan penerangan yang secukupnya semua tertawa, bermain dan juga curhat.hehe

Malam datang teman - teman mulai memasuki tenda semua untuk segera beristiharat memulihkan tenaga. Saya dan 1 teman memilih beristirahat di bibir pantai di karenakan cuaca sedang bagus dan bulan sedang bersinar dengan terang. Tapi itu tidak berlangsung lama karena air laut segera pasang dan rintik hujan mulai mengubah cuaca indah tersebut, langsung saja kami berlari menuju tenda. Setelah pagi tiba dan tenda yang saya pakai tidur ternyata semakin dingin, setelah di telusuri ternyata tadi malam hujan cukup deras dan pakaian kami yang dijemur ikut basah. Alhasil semua saling mencari tempat untuk berjemur.


Pagi di segoro anakan sangat sejuk, udara segar dengan pemandangan danau yang sangat mempesona. Saatnya sarapan telah tiba, masakan yang dihasilkan ya cukuplah "bisa" dimakan, walau agak aneh rasanya ( bayangin aja nasi goreng terlalu becek + sarden + ikan bakar setengah matang + mie goreng di campur jadi satu ) gmn rasanya itu..hehehe

Dan ternyata semua orang baru ingat bahwa air tawar yg kami bawa telah habis dan setelah sarapan semua pada bingung mencari air tawar ( disana ga ada air tawar boo ), dan salah satu teman saya melirik ke belakang tenda dome kami bahwa disana ada terpal ( yg tadinya mo didirikan tenda tetapi tidak jadi karena talinya kurang ) ada bekas air hujan tadi malam yang menggenang. Seketika langsung saja mengambil botol kosong dan dimasukkan kedalam botol serta diletakkan di samping kawan lainnya ( tentu saja tanpa sepengetahuan mereka ). Saat mereka bertanya " ini air minum..?? " langsung jawab spontan " iya ( sambil ceekikikan ) ".

Pagi yang cerah dimanfaatkan oleh kawan - kawan saling bertukar ilmu fotografi, ilmu arsitektur dan juga saling berenang di segoro anakan. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB dan kawan kawan berpikir untuk segera meninggalkan segoro anakan dan kembali ke sendang biru. Akhirnya mulailah membongkar tenda dan membersihkan sampah - sampah yang ada untuk di bawa ke sendang biru dan dibuang di tempat sampah ( krn disana ga ada tempat sampah dan merupakan kawasan lindung ).


Setelah semua siap maka perjalanan kembali ke sendang biru segera dimulai, dan saat sampai di bibir pantai ( pintu masuk ) kami masih menunggu perahu yg mengantar kami kemaren ( sistemnya antar jemput. dg biaya 100rb PP per perahu ).

Sungguh perjalanan yang menyenangkan dan mengasikkan. Tidak akan pernah kami terutama saya untuk terus mengarungi indahnya alam indonesia.


Sarapan

SURVIVE AND NOTHING TO LOOSE

Cerita Untuk Mereka

Anak Pantai

Cahaya Kecil

Indahnya Alam Indonesia

Abadikanlah Selalu




Regards,


aufklarunx




6.12.2011

Bromo Mountain ( saur bersama Bromo )

Akhirnya saya bisa update blog lagi. Kali ini saya mencoba mengupdate perjalanan menuju Gunung Bromo beberapa tahun kemarin saat menunaikan ibadah puasa. Perjalanan menuju bromo berawal tidak ada rencana alias mendadak, awalnya hanya sekedar omong biasa dan ternyata oleh kawan - kawan langsung di setujui.


Perjalanan menuju bromo berangkat dari Kota malang pukul 21.00 WIB. Perjalanan malam dengan 3 sepeda motor dan 6 orang ( saling berboncengan ). Melewati Malang - Lawang - dan kemudian melewati Nongkojajar.

Melewati beberapa jalur gelap dan di sisi jalur sudah tersedia jurang dan juga hutan belantara. Setelah [perjalanan selama 1,5 jam akhirnya sampai juga di Pos Tosari ( loket masuk menuju penanjakan ). Disana segera mengeluarkan peralatan untuk persiapan saur bersama. Dingin cukup menusuk tulang saat itu ( keroso pol adem e ). Sambil menunggu pos buka pukul 03.00 WIB.


Suasana Pukul 04.00 WIB

Menunggu moment

Sunrise


Menikmati sunrise di penanjakan telah usai. Bersama kawan segera meluncur ke padang kawah pasir. Dengan kondisi kendaraan yang berbeda semua saling bergantian mencari jalur menuju kawah pasir. Di penanjakan kami juga bertemu pengunjung bromo dari brazil, kebetulan kami juga membawa Sang Saka Merah Putih dan kami juga saling berfoto.

Brazil dan Indonesia





Menuju kawah pasir cukup lumayan ekstrim. Pasir dan juga bebatuan hadir di depan motor kami. Melewati kawah pasir merupakan hal yang sangat keren, mencari jalur agar roda kami tidak terjebak oleh lautan pasir sehingga membuat kendaraan tidak dapat berjalan dengan mulus.


Gunung Batok n Gunung bromo berdampingan

Bersama Si Hitam ( RIP Si Hitam )

Melintasi kawah pasir menuju kembali ke kota malang memperoleh banyak sekali pengalaman. Bromo memang tak pernah habis pesonanya dan tak akan pernah bosan untuk selalu kembali kesana.






Regards,




Aufklarunx

6.07.2011

Kawah Ijen ( 2388 mdpl )

Perjalanan menuju kawah ijen kali ini ditemani oleh hujan sangat deras disertai angin yang cukup kencang. Di awali dari kota malang pukul 14.00 WIB saya dan my luvly serta si merah ( my vixion ) berangkat menuju Purwosari, Pasuruan untuk bertemu dengan teman saya Fiandra. Pukul 15.00 WIB perjalanan dimulai ( masih dg ditemani hujan dan angin yang cukup kencang ). Hujan turun sejak saya berangkat dari malang sampai di kabupaten pasuruan.


Hari sudah mulai siang dan matahari mulai bersinar dengan sangat teriknya di kota pasuruan, tetapi hal itu tidak berselang lama. Setelah memasuki perbatasan antara Probolinggo dan Pasuruan hujan kembali turun. Memasuki kota Probolinggo hari mulai gelap ( sore telah datang ) dan hujanpun telah reda, meskipun terkadang gerimis masih juga menemani. Dan akhirnya perjalanan kamipun kembali di temani oleh pelangi yang muncul di atas awan yang sangat biru ( gak sempat di foto karena di atas motor ).



Memasuki Kota Bondowoso hari sudah mulai gelap ( jam di tangan menunjukkan pukul 20.00 WIB ), dan tiba2 fiandra bertanya " hei kon ngerti dalane tah..?? ( hei, kamu tau jalannya ga..?? ) " lalu ku jawab " ga eruh dul ( ga eruh dul )* ". Akhirnya kamipun bertanya kepada warga sekitar dan ternyata masih 2 jam perjalanan lagi menuju kawasan kawah ijen dan itu sekitar kurang lebih 80 km.



Hari mulai bertambah gelap dan jalananpun mulai memasuki alas ( hutan ) serta kondisi jalanpun aspal ( rusak parah ) dengan ditambah bebatuan kali yang sangat besar. Akhirnya si merah terpeleset dan jatoh dah ( saya dan cewek saya ). Setelah mengecek kondisi si merah tidak ada yang terganggu akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju ke atas walaupun dengan susah payah.


Setelah menempuh waktu kurang lebih 2 jam akhirnya kami sampai juga di
Pos Paltuding, kawasan Kawah Ijen ( oiya saat itu terjadi Supermoon, tau khan supermoon. Bukan superman lho..hehehe ). Setelah melakukan proses pendataan di loket, kamipun segera menuju warung untuk mencari sedikit kehangatan dalam segelas kopi ataupun mie instan.


Supermoon


Waktu sudah menunjukkan pukul 24.00 WIb kamipun mulai mendirikan tenda, membuat sedikit makan malam ( biasa dingin membuat perut selalu lapar ) dan istirahat sebentar sambil menunggu pagi untuk segera melakukan tracking menuju kawah ijen. Pagi itu pukul 02.00 dinihari trackingpun di mulai bersama kawan yang baru berkenalan. kawan itu dari Bali melakukan travelling ke kawah ijen sendiri naek motor pula ( mantaph..!!! )


Kawah Ijen

Pos Paltuding

Ijen carter

Gerbang Selamat Datang

Keagungan Sang Kuasa

Perjalananpun dilanjutkan menuju puncak kawah ijen, sepanjang perjalanan dengan track yang landai walaupun tidak sedikit track yang cukup terjal naek ke atas tidak dirasakan oleh kawan - kawan ( jujur capek juga euy..hahaha ). Perjalanan akhirnya sampai juga di pos peristirahatan para pekerja penambang belerang di kawah ijen, bercengkerama dengan para pekerja sambil memulihkan tenaga ( rata - rata pekerja tambang adalah orang madura ). Dan ternyata masing - masing pekerja membawa 80kg belerang setiap pikulnya, dan lebih hebatnya lagi para pekerja mampu membawa 4-5 kali penambangan, yang artinya 400kg dalam 1 hari.


Perjalanan mulai terlihat mengasikkan setelah kami bertemu dengan para penambang yang lalu lalang membawa belerang. Dan akhirnya kamipun sampai di puncak kawah ijen, sembari duduk di bagian bawah bibir kawah ijen menikmati dinginnya udara saat itu dan juga supermoon yang memang benar - benar indah.


Setelah mentari pagi muncul di balik kawah ijen kamipun mulai kembali turun ke pos paltuding. Hal ini dikarenakan para pengunjung hanya di berikan waktu sampai siang di puncak. Karena di puncak pada siang hari gas belerang sangatlah pekat baunya dan dapat mengganggu saluran pernafasan. Maka dari itu setelah mentari muncul kami putuskan untuk turun ke pos paltuding.

How Much..??

Mensyukuri apa yang terlihat

Awan dan Puncak

Asapmu berteman dengan langit

Lelah but Puas

Kawah terbesar


Perjalanan yang sangat melelahkan dengan kondisi cuaca yang awal tidak mendukung tetapi saat di TKP kondisi berbalik sangat menyenangkan dan sangatlah indah. Sebuah pembelajaran yang dapat di ambil adalah di balik kekuatan seseorang ternyata masih ada yang lebih kuat hanya untuk menghidupi keluarganya ( contoh kasus para penambang belerang ).




regards,



aufklarunx