wel.com.e the dark zone

ZONA HITAM arCHIVTour

- architecture dan touring -

5.06.2008

perbedaan tu bukan sebuah alasan untuk kita tidak boleh maju...

Seorang lelaki tua penjual balon menyandarkan sepeda tuanya di salah satu sudut taman. Taman bermain di sebuah kota kecil yang ramai dikunjungi warga kota melepas sore hari. Seperti biasanya, di suatu sore yang cerah pengunjung anak-anak bermain dengan girang. Mereka seolah larut dalam dunia fantasi yang dibungkus kepolosan.
Lelaki tua penjual balon berusaha menarik perhatian anak-anak yang tengah bermain di taman sore itu. Ketika tak seorangpun memerhatikan kehadirannya, lelaki tua itu mencoba melepaskan balonnya ke udara. Mula-mula diambilnya satu balon berwarna kuning, mengguntingnya dan balon itu pun terbang ke udara. Anak-anak yang tengah asyik bermain mulai terusik menyaksikan sebuah balon terbang. Sebagian dari mereka bersorak kegirangan, "Ada balon terbang . . . , ada balon terbang . . . !". Misi penjual balon agaknya mulai membuahkan hasil. Anak-anak berlari menghampiri lelaki tua penjual balon. Dua, tiga, empat, dan beberapa buah balon terjual saat itu.
Setelah merasa sepi lagi, lelaki tua penjual balon lagi-lagi mengambil satu balon. Satu balon berwarna merah dan melepaskannya ke udara. Melihat balon terbang anak-anak pun bersorak, "Ada balon terbang . . ., ada balon terbang . . . !". Demikian lelaki tua penjual balon menarik perhatian anak-anak di taman sore itu. Dia melakukannya berulang-ulang ketika merasa suasananya sepi lagi.
Hanya sebuah kebetulan lelaki tua penjual balon telah melepaskan beberapa buah balon ke udara dengan warna yang beraneka. Mula-mula balon berwarna kuning, lalu merah, lalu biru, lalu hijau.
Tidak berapa jauh dari lelaki tua penjual balon, ada seorang anak kecil memerhatikan prosesi pelepasan balon satu-satu terbang ke udara. Lelaki tua penjual balon sama sekali tidak menyadari kehadiran anak kecil yang mengamatinya sedari tadi. Seorang anak perempuan berkulit hitam yang usianya kurang lebih enam tahun. Nampaknya ada sesuatu yang hinggap di benak sang anak. Diapun berjalan menghampiri lelaki tua penjual balon. Dengan kepolosan seorang anak, diapun berkata kepada si penjual balon, "Pak tua, balon-balon yang terbang itu warnanya kuning, merah, biru, dan hijau. Apakah balon yang berwarna hitam juga bisa terbang ?".
Lelaki tua penjual balon menatap ke arah anak kecil itu sebelum kemudian mengambil balon berwarna hitam. Dia pun menggunting temalinya dan membiarkan balon yang berwarna hitam terbang tinggi ke udara. Kemudian lelaki tua penjual balon menghampiri sang anak lebih dekat lagi. Dia merunduk di hadapan sang anak, dan memegangi kedua bahunya dengan lembut. Dia menatap kedua bola mata anak kecil itu sebelum kemudian berkata, "Nak, balon-balon itu terbang bukan karena apa warnanya, melainkan karena apa isinya".

Tidak ada komentar: